narin

Kata-kata di sini hancur seperti abu rokok - seolah-olah terdengar, tetapi tidak ada lagi maknanya. Cinta telah hilang, tetapi ingatan tetap menyimpan gambaran-gambaran: foto-foto, taman-taman kosong, percakapan-percakapan yang ingin dihapus dengan penghapus. Semuanya tampak tidak pasti dan tidak nyata - orang-orang ada di dekat, tetapi tidak ada artinya, seolah-olah setiap orang memainkan karakternya dalam drama malam.

Ada sedikit kenaifan dalam pengakuan: “aku pikir hatiku satu, tapi ternyata tidak”. Ada keheranan yang hampir seperti anak-anak, bercampur dengan kelelahan orang dewasa yang sudah tahu harga tipu daya dan janji-janji. Namun, di tengah semua kabut ini, kelembutan muncul: yang istimewa bukanlah kata-kata, bukan sumpah, melainkan mata. Mata itulah yang mengungkapkan kebenaran yang tidak dapat ditahan oleh frasa apa pun.

Hasilnya adalah pengakuan pahit tentang bagaimana malam membuat seseorang menjadi asing, dan pagi hari membuatnya semakin jauh. Namun, dalam kesedihan ini ada sesuatu yang hangat dan jujur: pengakuan akan kelemahan selalu terdengar lebih hidup daripada kata-kata yang paling tepat.