Намі-намі

Kenangan terkadang lebih menghangatkan daripada selimut apa pun. Kenangan-kenangan itu - di mana udara masih berbau laut, dan hati dengan naif percaya bahwa semuanya baru saja dimulai. Ombak saat itu tampak seperti teman, bukan bencana alam. Sekarang ombak hanya berbisik - lebih lembut, lebih bijaksana, seolah-olah tahu bahwa rasa sakit telah diubah menjadi kehangatan.

Ada sesuatu yang menghibur dalam ayunan ini - seolah-olah ingatan memutuskan untuk tidak menjadi algojo, melainkan kucing berbulu halus: mendengkur, memeluk, tidak membiarkan kita lupa, dan pada saat yang sama tidak membiarkan kita kehilangan diri kita sendiri.

Dan biarkan ombak mengulangi lagi “nami, nami” - mungkin ini cara alam semesta untuk mengatakan: “Kamu berjalan dengan benar. Jangan terburu-buru.”