Dalam Diam

Kadang, sepertinya semuanya sudah pas - senyum, obrolan, bahkan telepon pun mengisi daya dengan sekali colok. Dan di dalamnya, seolah-olah seseorang telah mengeluarkan perabotan dari apartemen dan hanya menyisakan gema. Sepertinya hidup, sepertinya berfungsi, tapi setiap pikiran seperti langkah di lorong kosong. Bergema, sepi, dan tidak begitu jelas ke mana kamu akan pergi. Dan itu bukan drama, bukan juga sakit hati - hanya kelelahan, yang dibungkus rapi dalam "semuanya baik-baik saja". Senyum sebagai tameng, lelucon terjadwal, dan hanya dalam keheningan tiba-tiba menjadi jelas bahwa kekuatan untuk tetap "stabil" sudah di ujung tanduk. Tapi di tempat yang sama di mana sesuatu hancur, biasanya di situlah hal baru mulai tumbuh. Di antara baris-barisnya terdengar bukan kekalahan, melainkan hembusan harapan yang tenang - seolah seseorang akhirnya berhenti melarikan diri dan membiarkan dirinya ada.