Next Summer

Kedengarannya seperti surat yang tidak terkirim - terlalu jujur untuk tidak menyesalinya nanti. Suara antara sarkasme dan kerinduan, di mana rasa sakit hati sudah lelah untuk bersuara keras dan berubah menjadi “baiklah, kita lihat saja nanti” yang pelan. Ini bukan tentang drama - ini tentang tahap ketika rasa sakit telah menetap, tetapi ironi diri menyelamatkan.

Dalam bagian refrain - balas dendam yang manis, dibungkus dengan melankolis pop: biarkan orang lain yang menghancurkan hati, dan di samping, seperti biasa, akan tetap ada orang yang tidak melupakan. Sedikit kepahitan, sedikit kilauan, dan rasa sakit itu terdengar seperti lagu hit - karena terkadang perasaan terindah lahir dari reruntuhan apa yang “hampir selamanya”.