Tak Di Tanganku

Waktu berlalu berbeda-beda, ketika enam jam terasa seperti jurang yang sangat jauh. Satu kota sudah minum kopi pagi, kota lain baru bersembunyi di bawah selimut. Cahaya dan kegelapan bermain petak umpet, dan di antara mereka ada dua orang yang berusaha mempertahankan kehangatan melalui layar dan mimpi. Tangan mengingat gerakan kebiasaan untuk mengetik pesan, tetapi sekarang seolah-olah pesan itu tidak terbang ke manusia, melainkan ke udara. Ada kesedihan yang tenang dalam lagu ini dari mereka yang masih mencintai, tetapi tidak lagi bersama. Sepertinya semuanya tenang: tempat tidur sudah dirapikan, cangkir kosong, bulan di tempatnya. Hanya hati yang terus-menerus menyamakan zona waktu dan menunggu kapan "di sana" dan "di sini" akan bertemu lagi setidaknya untuk satu menit tidur.